Menjadi pembunuh bayaran artinya kehilangan identitas. Seorang pembunuh bayaran harus menjalani hidup seorang diri karena identitasnya tak boleh diketahui orang. Namun kadang jalan hidup berkata lain.
Joe (Nicolas Cage) adalah seorang pembunuh bayaran yang sadis dan tak kenal ampun. Semua 'order' yang ia terima selalu terlaksana dan tak meninggalkan bekas apapun. Satu 'tugas' yang ia terima membawanya ke Thailand untuk menghabisi 4 orang musuh bos mafia yang bernama Surat.
Untuk mempermudah tugasnya, Joe lalu menyewa Kong (Shahkrit Yamnarm), seorang pencopet dan berandal jalanan. Joe berencana membunuh Kong saat tugasnya sudah selesai. Joe tak pernah meninggalkan saksi hidup-hidup.
Namun, menghabiskan waktu bersama Kong saat menyusun rencana pembunuhannya membuat Joe yang selama ini menyendiri jadi merasa nyaman. Ia pun lalu menjalin persahabatan dengan Kong. Bahkan Joe kemudian menjalin asmara dengan seorang penjaga toko di sana.
Film arahan sutradara kembar Pang Brothers yang sempat ngetop lewat film THE EYE banyak menyorot kehidupan malam Bangkok yang misterius. Film ini sebelumnya adalah film action Hongkong yang juga disutradarai Oxide Pang dan Danny Pang.
Kalau mau bicara soal orisinalitas, film ini mungkin tak menawarkan apa-apa. Tema seorang pembunuh bayaran yang mendapat 'pencerahan' dan mulai mempertanyakan benar tidaknya apa yang ia lakukan sudah sering dikupas dalam film-film sebelumnya. Tema film ini mungkin tak jauh beda dengan film ASSASSINATION TANGO, THE SPECIALIST, atau mungkin yang baru saja beredar HITMAN.
Soal East meet West pun sudah mulai jadi barang kadaluwarsa lantaran terlalu banyak diekspose sejak munculnya trilogi THE MATRIX. Intinya film ini tak bisa dibilang menawarkan sesuatu yang benar-benar baru dan fresh. Jadi yang bisa dijadikan tumpuan film ini tinggal kualitas penggarapan film dan akting para aktor dan aktris pendukungnya saja.
Bicara soal akting, Nicholas Cage mungkin tak perlu diragukan lagi. Sejak menonton permainan aktor ini di film VAMPIRE'S KISS, saya tak meragukan lagi kemampuan akting pria ini. Namun yang jadi masalah dalam film ini adalah para aktor dan aktris pendukung yang tak bisa mengimbangi kemampuan sang pemeran utama.
Masalah lain yang muncul adalah dialog yang terdengar klasik dan terasa sudah basi. Entah karena film bertema serupa sudah terlalu sering dibuat atau memang naskah film ini yang kurang digarap dengan baik. Yang jelas, dialog klise itu membuat film ini seolah tak natural lagi.
Tapi kalau dilihat dari sisi visual, film ini masih layak dijadikan hiburan yang 'menghibur' mata. Mungkin tidak aneh karena film ini adalah hasil garapan dua sutradara kembar Danny Pang dan Oxide Pang. Dua sutradara ini memang piawai kalau bicara masalah visual. Mulai dari sudut pengambilan gambar hingga visual efek yang digunakan seolah memang dibuat untuk memanjakan indera penglihatan ini.
0 komentar:
Posting Komentar