Senin, 13 Oktober 2008

'BODY OF LIES', Terjebak di Antara Tipu Daya

Roger Ferris (Leonardo DiCaprio) adalah seorang agen CIA yang dikirim ke Jordania untuk membongkar identitas seorang pemimpin teroris yang diduga beroperasi di luar perbatasan Jordania.

Untuk menyelesaikan tugas ini, Roger terpaksa harus meminta bantuan Ed Hoffman (Russell Crowe), seorang mantan agen CIA. Meskipun masih meragukan kejujuran Ed, mau tak mau Roger harus belajar untuk menggantungkan nasib pada Ed.

Di sisi lain, Roger juga harus bekerja sama dengan kepala badan intelejen Jordania (Mark Strong). Lagi-lagi Roger dihadapkan pada pilihan sulit antara menjalankan tugas dan menggantungkan nyawa pada orang-orang yang sebenarnya tidak ia percaya.

Body of Lies

Film hasil arahan sutradara Ridley Scott ini diadaptasi dari novel karya David Ignatius dengan judul yang sama. Film yang akan diedarkan Warner Bros bulan Oktober ini mengambil lokasi shooting di beberapa tempat termasuk Washington D.C., Eropa, Maroko dan Timur Tengah.

Sejak peristiwa 11 September, tampaknya isu terorisme memang masih menjadi bahan yang menarik untuk diperbincangkan. Orang-orang dunia film juga tampaknya masih belum bosan menggunakan topik ini sebagai 'jaminan' agar film mereka laris. Salah satunya adalah film BODY OF LIES ini.

Film ini punya potensi jadi film hiburan yang cukup menarik. Ada paduan antara demonstrasi teknologi canggih, aksi laga, dan akting yang menawan. Sayangnya itu tak diimbangi dengan ide cerita yang segar. Mengingat banyaknya film-film Hollywood dengan tema, terorisme, mau tak mau yang ini jadi berkesan mengekor saja.

Body of Lies

Meski ide cerita tergolong klasik, namun ada unsur 'strategi politik' yang cukup menarik untuk direnungkan. Dalam tugasnya untuk membongkar jaringan teroris di Timur Tengah, agen CIA Roger Ferris, menciptakan sosok pemimpin kelompok teroris fiksional untuk memancing sang otak di balik sejumlah aksi terorisme agar muncul ke permukaan. Entah apakah strategi ini sudah pernah dijalankan CIA atau baru ada dalam benak sang sutradara saja.

Yang jadi suguhan utama dalam film ini adalah acara 'pamer' teknologi tinggi yang mewarnai sepanjang alur cerita, terutama kemampuan satelit AS untuk menangkap gambar objek yang ada di permukaan bumi dengan ketelitian sangat tinggi. Saya sendiri belum pernah mendengar teknologi secanggih ini, namun bukan berarti bahwa teknologi serupa tidak pernah ada. Namun terlepas dari teknologi itu ada tau tidak, penonton pasti dibuat berdecak kagum dengan kemampuan satelit ini.

Sebagai film laga, jelas pasti ada aksi laga. Film ini juga bukan pengecualian. Serangkaian aksi laga juga jadi tontonan yang menarik meski tak bisa dibilang sebuah aksi yang benar-benar fresh. Bila Anda termasuk penggemar film-film ber-genre ini pasti tahu apa yang saya maksudkan.

Body of Lies

Namun saya cukup terkesan dengan cara sang sutradara menggambarkan hubungan antara Roger Ferris dengan seorang wanita lokal. Ia tak membuat hubungan antara wanita Arab dengan pria Barat ini jadi berkesan 'aneh'. Tapi itu juga tak terlalu mengejutkan mengingat sang sutradara Ridley Scott juga adalah sutradara yang menggarap film KINGDOM OF HEAVEN yang bagi saya pribadi cukup mengejutkan untuk sebuah film produksi Hollywood.

Masalah akting, Leonardo DiCaprio dan Russel Crowe memang tak perlu diragukan lagi. Melihat tampilan DiCaprio dalam film ini, saya jadi teringat tokoh yang diperankan aktor ini dalam film BLOOD DIAMOND. Atau mungkin karena tampilan fisik DiCaprio dalam kedua film itu bisa dibilang sama. Sementara Russel Crowe yang lebih banyak bermain di belakang layar mengingatkan saya pada film PHONE BOOTH di mana Russel juga tak banyak tampil, kecuali lewat suara di telepon

0 komentar: